Bisa memiliki mimpi atau cita - cita adalah privilege bagi sebagian orang karena tidak semua orang terlahir beruntung untuk memiliki mimpi atau cita - cita. Ada beberapa orang yang takut untuk bermimpi, karena takut kecewa jika impian nya tidak menjadi kenyataan, ada juga yang tidak punya mimpi karena memang tipe orang yang hanya mengikuti arus saja, tidak pernah punya tujuan yang pasti.
Lalu yang mana baiknya? You do you.
Kamu yang bisa ngerti mana yang terbaik untuk diri kamu sendiri, jika kamu memang punya tujuan atau mimpi yang ingin kamu capai, ya diusahakan bukan hanya didiemin. Banyak juga orang yang punya mimpi, tapi tidak punya aksi. Mimpi tanpa aksi cuman hanya menjadi halusinasi. Semuanya butuh diperjuangkan, semuanya perlu diusahakan.
Photo by Derek Truninger on Unsplash |
Tapi, tidak semua orang yang punya mimpi masih memiliki hasrat untuk mengejar mimpi nya. Biasanya mimpi atau cita - cita muncul ketika kita masih kecil karena kita merasa jika bisa mewujudkan impian kita akan merasa "keren" kayanya banyak yang gitu, salah satunya gua dan beberapa teman gua. Kenapa orang yang punya mimpi bisa kehilangan hasratnya untuk mengejar mimpi nya? Jawaban nya sesimpel sudah ditampar realita.
Tulisan ini terinspirasi dari obrolan sama temen gua, yang dia ingin banget jadi musisi, pada jaman itu jadi musisi lebih sulit daripada jaman sekarang (menurut gua) karena di masa sekarang platform - platform untuk memarketingkan musik udah bisa dibilang cukup maju dan massive. Tapi temen gua ini memutuskan untuk berhenti mengejar mimpi nya (sudah tidak ada hasrat) karena dengan perhitungan nya dia untuk mengejar career sebagai musisi itu sulit, dan lebih mudah menjadi pegawai kantoran. Bahkan dengan adanya platform yang lebih massive dan mudah juga sulit, gua setuju dengan argument nya sampai gua denger master dari musik yang sudah dia bikin cuman rilis di socmed yang gua sendiri juga gatau kalo ada platform tersebut.
Ketika gua denger lagu nya, jujur gua merasa lagu ini harusnya liris dan layak untuk di dengar banyak orang. Gua juga sempet merinding denger lagunya, bukan karena horor sih, mungkin istilah inggrisnya goosebumps kali ya. Gua mencoba untuk bilang ke temen gua ini untuk rilis aja lagunya, tanyain ke temen dia yang waktu itu ikut ngeband bareng kalo lagu nya dinaikin boleh atau engga karena menurut gua lagunya memang bagus. Menurut gua juga pada jaman itu sangat niat untuk bisa membuat musik sekeren itu sih, mungkin nanti kalo beneran jadi rilis gua akan tulis update nya.
Tapi ditengah pembicaraan gua iseng nanya "kalo misal nanti anakmu pingin jadi musisi, tapi dengan perhitunganmu yang ga masuk kalo jadi musisi, apakah akan tetap mengijinkan anakmu menjadi musisi?" lalu dia jawab dengan "Yah gapapa". Tentunya gua mempertanyakan, kenapa? Lalu di jawab dengan kalimat sederhana tapi sangat mengena "Karena aku bapaknya, dan aku akan memberikan support yang kemarin engga aku dapetin".
Gua tertampar realita lagi, kayanya banyak dari temen seangkatan gua atau diatas gua yang ga beda jauh jarak umurnya itu memutuskan untuk tidak mengejar mimpinya dan memilih jalur realita menjadi pegawai karena tidak mendapatkan support yang cukup untuk menjalani mimpinya. Sangat menyedihkan sebenernya, tapi apapun itu buat yang masih punya mimpi harapan gua adalah tetaplah berusaha untuk mewujudkan mimpi tersebut, walaupun hasilnya gaada yang tahu, setidaknya sudah pernah mencoba sekuat tenaga agar mimpi tersebut bisa terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar